Cari Blog Ini

Jumat, 19 Oktober 2012

Kendaraan perang indonesia

Kendaraan Taktis Militer Indonesia

Banyaknya kendaraan taktis desain anak bangsa, ternyata mempunyai klasifikasi yang berbeda maupun kegunaannya. Sampai  saat ini TNI mengunakan beberapa tipe kendaraan taktis import dari luar. Setelah merasakan pahitnya embargo alutsista berserta suku cadangnya dari negeri barat yang terlalu menghubungkan HAM daripada keamanan negara terhadap alutsista TNI, maka Dephan mengedepankan produk nasional yang mandiri untuk keperluan pertahanannya. Selain membuat bangsa menjadi mandiri, banyak ilmu yang didapat dari perkembangan alutsista dan sangat berguna untuk kedepannya.

Untuk Militer dibutuhkan kendaraan dengan kemampuan 4-Wheels Drive (4WD atau 4 x 4) yaitu kendaraan taktis yang memiliki tenaga penggerak pada keempat rodanya, dengan tujuan mampu digunakan dalam segala kondisi jalan. Cara kerja dari kendaraan 4 x 4 adalah mesin dihubungkan dengan differensial tengah (transfer case) yang membagi tenaga ke roda belakang dan roda depan. Karena pada saat menggunakan penggerak 4 roda, penggunaan energi lebih tinggi. Biasanya penggerak 4 roda hanya digunakan pada saat dibutuhkan saja, dengan mengaktifkan melalui tombol atau tuas tertentu.

Kadispenum Puspen TNI, Kolonel Cpl Minulyo Suprapto mengatakan, kendaraan taktis yang dimiliki oleh TNI saat ini belum standar, yakni terdiri dari beberapa produk seperti CJ-7 (USA), Beijing BJ2020 (China), Isuzu Oz (Jepang), KIA KM-420 (Korea), Landrover (Inggris), UAZ (Rusia) dan Overland (Inggris) buatan tahun 1979 -1981. Konsekuensi dari keanekaragaman tersebut berdampak pengoperasionalan dan pemeliharaan termasuk suku cadang sehingga berpengaruh terhadap biaya pemeliharaan satuan.

Kendaraan Taktis Militer meskipun bentuknya hampir sama namun klasifikasinya berbeda. Klasisikasi yang berbeda ini akan menentukan penggunannya. Dari prototipe kendaraan yang telah dibuat tersebut tidak ada yang satu kelas.

Berikut klasifikasi menurut kelas (mungkin kelas-nya kurang tepat, karena kurang informasi yang resmi mengenai kendaraan tersebut) beserta kendaraannya :
 
 Kelas 1/4 ton :
 Jip KIA KM 420 Marinir

KIA KM 420 Marinir (foto formil kaskus)
Jip militer produksi KIA, Korea Selatan ini digunakan Marinir. Melihat bentuknya kendaraan KIA KM 420 ini mirip Suzuki jimny, yang terkenal lincah di jamannya.

Menurut Jane's Magazine di tahun 2003, Indonesia mengimpor 140 unit jip KIA KM 420 untuk keperluan militer. Kendaraan ini termasuk kelas 1/4 ton.

Spesifikasi KIA KM 420 :
 Panjang :  4,000 mm
 Lebar :  1,745 mm
 Tinggi :  1,915 mm
 Berat Kosong :  1,570 kg
 Mesin : FE DOHC 2.0, Turbo Charger Intercooler 1998 cc, 4 silinder 
 Kecepatan Maksimum :  130 km/jam
 Transmisi : Synchromesh, dengan 5 kecepatan
 Kapasitas Tangki :  53 Liter, Gasoline
 Kapasitas : 2 + 4
 Kelas 1/2 ton :

 P2 Komando

P2 Komando (foto SSE)
Bermula dari permintaan TNi AD untuk membuat kendaraan taktis, maka PT. Surya Sentra Ekajaya (SSE), Tanggerang berhasil memproduksi rantis P2 Komando. Beberapa unit langsung digunakan pasukan kavaleri TNI AD dan beberapa unit juga digunakan satuan Kopaska TNI AL.

P2 Komando adalah kendaraan taktis khusus untuk komando, dibuat atas permintaan TNI atas kebutuhan kendaraan yang layak dan lincah untuk digunakan untuk menjalani tugas pengamanan.



Desain kendaraan P2 ini bentuknya mengambil desain rantis VBL produksi negara Perancis maupun yang dibuat Turki rantis Otokar Cobra, berbentuk monocoque body. Selain P2 Komando, PT SSE merilis juga versi APC maupun untuk Polisi. Dan Kepolisian Sri Langka pun memesan beberapa unit versi APC dengan turret cupola.
 DMV 30 A Dirgantara Indonesia

DMV 30 A (foto elangguntur)
Dalam waktu singkat, selama tiga bulan, proyek rantis yang diberi nama DMV-30 A (Armored) selesai digarap oleh PT Dirgantara Indonesia atas pesanan Korpaskhasau.

Purwarupa rantis DMV-30A ini menyerupai rantis SSE lainnya, P2 V1. Tak lain karena Global Design Centre (GDC) ikut andil pada proses pembuatan rantis SSE tersebut di Tanggerang. Kontrak kerjasama berakhir pada Agustus 2007, Berdasarkan pengalaman tersebut, Pihak GDC mengembangkan rantis DMV-30A ini lebih sempurna, baik desain maupun engineering.
Bila dilihat desain DMV-30A terlihat minimalis dengan perpaduan panjang berbentuk persegi dan tajam. Untuk sementara PT-DI baru mendesain DMV buat kapasitas 4 personil versi komando, kedepan akan dibuatkan versi panjang buat angkut pasukan (APC). Dari kedua tipe ini pula nantinya bisa di desain untuk jenis ambulance, scout, Commob (Comuncation mobile). Selain memenuhi kebutuhan Korpaskhasau, PT DI siap menerima pesanan dari kesatuan TNI lainnya.(baca DMV 30)
Spesifikasi DMV-30A :
 Panjang : 4,009 mm
 Lebar : 1,900 mm
 Tinggi : 1,781 mm
 Berat Kosong : 3,300 kg
 Mesin : Turbo Diesel Injection, 2,500 cc
 Transmisi : Manual Operastion, 4 speed
 Kapasitas Tangki : 140 Liter
 RPP Bengpuspal TNI-AD

RPP Bengpuspal TNI AD (foto kaskuser)
Permintaan Dephan akan kendaraan taktis (rantis) produksi dalam negeri yang mandiri untuk kebutuhan TNI dalam menjalankan tugas, Belajar dari pengalaman di embargo nya suku cadang Alutsista kita oleh negara produksi luar negeri, untuk dapat dipergunakan TNI dalam menjalankan keamanan dalam negeri, dan untuk menghapus ketergantungan akan Alutsista dari luar.

Dalam rangka menuju kemandirian dalam pengadaan RPP buatan Indonesia, serta pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Rancang Bangun Peralatan Ranpur TNI, dalam wadah organisasi di bawah naungan Dephan dan Universitas Indonesia melaui Bengkel Pusat Peralatan Direktorat Peralatan TNI-AD (Bengpuspal AD) di Bandung, menciptakan prototipe RPP (Ranpur Pengangkut Personel).

RPP dengan chasis dan axle dari Land Rover serta body armoured steel yang merupakan hasil kerjasama antara Balitbang Dephan, Fakultas Teknik UI mendesain bersama dan urusan pengerjaannya diserahkan ke Bengpuspal TNI-AD dan selesai dikerjakan pada tahun 2003.

Ini adalah ranpur ketiga yang telah diproduksi Bengpuspal AD, yang pertama pada tahun 1982 meluncur ranpur Ahmad Yani yang telah mendapat predikat "Battle Proven" karena telah beroperasi di Tim-tim, dan yang kedua adalah ranpur Nanggala yang juga dikirim ke medan operasi di Aceh menghadapi separatis.

Ranpur asal hasil karya Karacondong, Bandung ini telah diuji lapangan untuk mengejar kemampuan jelajah dinamis dan dirancang berdasarkan permintaan TNI akan kendaraan tempur yang taktis buat mengakut pasukan ke medan operasi.

Karena tidak adanya respon lanjut dari TNI, maka prototipe rantis ini seperti hilang infomasi lanjutnya.

0 komentar:

Posting Komentar