Kendaraan Taktis Militer Indonesia
Banyaknya kendaraan taktis desain anak bangsa,
ternyata mempunyai klasifikasi yang berbeda maupun kegunaannya. Sampai
saat ini TNI mengunakan beberapa tipe kendaraan taktis import dari
luar. Setelah merasakan pahitnya embargo alutsista berserta suku
cadangnya dari negeri barat yang terlalu menghubungkan HAM daripada
keamanan negara terhadap alutsista
TNI, maka Dephan mengedepankan produk nasional yang mandiri untuk
keperluan
pertahanannya. Selain membuat bangsa menjadi mandiri, banyak ilmu yang
didapat dari perkembangan alutsista dan sangat berguna untuk kedepannya.
Untuk
Militer dibutuhkan kendaraan dengan kemampuan 4-Wheels Drive (4WD atau 4
x 4) yaitu kendaraan taktis yang memiliki tenaga penggerak pada keempat
rodanya, dengan tujuan mampu digunakan dalam segala kondisi jalan. Cara
kerja dari kendaraan 4 x 4 adalah mesin dihubungkan dengan differensial
tengah (transfer case) yang membagi tenaga ke roda belakang dan roda
depan. Karena pada saat menggunakan penggerak 4 roda, penggunaan energi
lebih tinggi. Biasanya penggerak 4 roda hanya digunakan pada saat
dibutuhkan saja, dengan mengaktifkan melalui tombol atau tuas tertentu.
Kadispenum Puspen TNI, Kolonel Cpl Minulyo Suprapto mengatakan, kendaraan taktis yang dimiliki oleh TNI saat ini belum standar, yakni terdiri dari beberapa produk seperti CJ-7 (USA), Beijing BJ2020 (China), Isuzu Oz (Jepang), KIA KM-420 (Korea), Landrover (Inggris), UAZ (Rusia) dan Overland (Inggris) buatan tahun 1979 -1981. Konsekuensi dari keanekaragaman tersebut berdampak pengoperasionalan dan pemeliharaan termasuk suku cadang sehingga berpengaruh terhadap biaya pemeliharaan satuan.
Kadispenum Puspen TNI, Kolonel Cpl Minulyo Suprapto mengatakan, kendaraan taktis yang dimiliki oleh TNI saat ini belum standar, yakni terdiri dari beberapa produk seperti CJ-7 (USA), Beijing BJ2020 (China), Isuzu Oz (Jepang), KIA KM-420 (Korea), Landrover (Inggris), UAZ (Rusia) dan Overland (Inggris) buatan tahun 1979 -1981. Konsekuensi dari keanekaragaman tersebut berdampak pengoperasionalan dan pemeliharaan termasuk suku cadang sehingga berpengaruh terhadap biaya pemeliharaan satuan.
Kendaraan
Taktis Militer meskipun bentuknya hampir sama namun klasifikasinya
berbeda. Klasisikasi yang berbeda ini akan menentukan penggunannya. Dari
prototipe kendaraan yang telah dibuat tersebut tidak ada yang satu
kelas.
Berikut klasifikasi menurut kelas (mungkin kelas-nya kurang tepat, karena kurang informasi yang resmi mengenai kendaraan tersebut) beserta kendaraannya :
Berikut klasifikasi menurut kelas (mungkin kelas-nya kurang tepat, karena kurang informasi yang resmi mengenai kendaraan tersebut) beserta kendaraannya :
Kelas 1/4 ton :
Jip KIA KM 420 Marinir
KIA KM 420 Marinir (foto formil kaskus) |
Menurut Jane's Magazine di tahun 2003, Indonesia mengimpor 140 unit jip KIA KM 420 untuk keperluan militer. Kendaraan ini termasuk kelas 1/4 ton.
Spesifikasi KIA KM 420 :
⚜ Panjang : 4,000 mm
⚜ Lebar : 1,745 mm
⚜ Tinggi : 1,915 mm
⚜ Berat Kosong : 1,570 kg
⚜ Mesin : FE DOHC 2.0, Turbo Charger Intercooler 1998 cc, 4 silinder
⚜ Kecepatan Maksimum : 130 km/jam
⚜ Kecepatan Maksimum : 130 km/jam
⚜ Transmisi : Synchromesh, dengan 5 kecepatan
⚜ Kapasitas Tangki : 53 Liter, Gasoline
⚜ Kapasitas : 2 + 4
⚜ Kapasitas : 2 + 4
Kelas 1/2 ton :
P2 Komando
P2 Komando (foto SSE) |
P2 Komando adalah kendaraan taktis khusus untuk komando, dibuat atas permintaan TNI atas kebutuhan kendaraan yang layak dan lincah untuk digunakan untuk menjalani tugas pengamanan.
Desain kendaraan P2 ini bentuknya mengambil desain rantis VBL produksi negara Perancis maupun yang dibuat Turki rantis Otokar Cobra, berbentuk monocoque body. Selain P2 Komando, PT SSE merilis juga versi APC maupun untuk Polisi. Dan Kepolisian Sri Langka pun memesan beberapa unit versi APC dengan turret cupola.
DMV 30 A Dirgantara Indonesia
DMV 30 A (foto elangguntur) |
Purwarupa rantis DMV-30A ini menyerupai rantis SSE lainnya, P2 V1. Tak lain karena Global Design Centre (GDC) ikut andil pada proses pembuatan rantis SSE tersebut di Tanggerang. Kontrak kerjasama berakhir pada Agustus 2007, Berdasarkan pengalaman tersebut, Pihak GDC mengembangkan rantis DMV-30A ini lebih sempurna, baik desain maupun engineering.
Bila
dilihat desain DMV-30A terlihat minimalis dengan perpaduan panjang
berbentuk persegi dan tajam. Untuk sementara PT-DI baru mendesain DMV buat
kapasitas 4 personil versi komando, kedepan akan dibuatkan versi
panjang buat angkut pasukan (APC). Dari kedua tipe ini pula nantinya
bisa di desain untuk jenis ambulance, scout, Commob (Comuncation
mobile). Selain memenuhi kebutuhan Korpaskhasau, PT DI siap menerima
pesanan dari kesatuan TNI lainnya.(baca DMV 30)
Spesifikasi DMV-30A :
⚜ Panjang : 4,009 mm
⚜ Lebar : 1,900 mm
⚜ Tinggi : 1,781 mm
⚜ Berat Kosong : 3,300 kg
⚜ Mesin : Turbo Diesel Injection, 2,500 cc
⚜ Transmisi : Manual Operastion, 4 speed
⚜ Kapasitas Tangki : 140 Liter
RPP Bengpuspal TNI-AD
RPP Bengpuspal TNI AD (foto kaskuser) |
Dalam rangka menuju kemandirian dalam
pengadaan RPP buatan Indonesia, serta pengembangan Sumber Daya Manusia
dalam Rancang Bangun Peralatan Ranpur TNI, dalam wadah organisasi di
bawah naungan Dephan dan Universitas Indonesia melaui Bengkel Pusat Peralatan Direktorat Peralatan TNI-AD (Bengpuspal AD) di Bandung, menciptakan prototipe RPP (Ranpur Pengangkut Personel).
RPP dengan chasis dan axle dari Land Rover
serta body armoured steel yang merupakan hasil kerjasama antara
Balitbang Dephan, Fakultas Teknik UI mendesain bersama dan urusan pengerjaannya diserahkan ke Bengpuspal TNI-AD dan selesai dikerjakan pada tahun 2003.
Ini
adalah ranpur ketiga yang telah diproduksi Bengpuspal AD, yang pertama
pada tahun 1982 meluncur ranpur Ahmad Yani yang telah mendapat predikat
"Battle Proven" karena telah beroperasi di Tim-tim, dan yang kedua
adalah ranpur Nanggala yang juga dikirim ke medan operasi di Aceh
menghadapi separatis.
Ranpur
asal hasil karya Karacondong, Bandung ini telah diuji lapangan untuk
mengejar kemampuan jelajah dinamis dan dirancang berdasarkan permintaan
TNI akan kendaraan tempur yang taktis buat mengakut pasukan ke medan
operasi.
Karena tidak adanya respon lanjut dari TNI, maka prototipe rantis ini seperti hilang infomasi lanjutnya.
0 komentar:
Posting Komentar